PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BAWANG MERAH DENGAN TEKNIK ECOPRINT KE DALAM BUSANA SIAP PAKAI

Shallots are mostly only used by the community as a spice and medicine, while the
skin is rarely used by the community, so that the remaining unused shallot skin
becomes waste. As for this writing, it aims to process shallot skin waste so that it
can become an opportunity for natural dyes for ready-to-wear collections using the
ecoprint dye blanket technique. The ecoprint natural dye technique initiated by
India Flint is in the form of printing cloth by placing leaves on the cloth so that a
leaf motif appears. In this writing, the author uses the Design Thinking approach
(Hasso Platner-Stanford) which consists of Empathize-Define-Ideate-Prototype-
Test. Based on the results of the research on the various types of mordant that the
author has carried out, it was found that the mordant was gradual, namely vinegar
as the initial mordant, baking soda as the 1st mordant, lime as the 2nd mordant,
lime as the 1st mordant and alum as the 2nd final mordant. doing this process can
produce a strong yellow color that comes from onion skin as a natural dye. The
conclusion based on the research that has been done, the type of mordant is the
thing that most influences the color of the cloth. If you only use one type of mordant
such as alum, the color appears but is still soft. If the mordant goes through the
process of initial mordant, advanced mordant, and final mordant, it will produce a
stronger color than only one type of mordant.
Keywords: Shallot skin, ecoprint, mordant
Bawang merah kebanyakan hanya digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu dan
obat, sedangkan kulitnya jarang dimanfaatkan oleh masyarakat, sehingga sisa kulit
bawang merah yang tidak terpakai menjadisampah. Adapun penulisan ini bertujuan
untuk mengolah limbah kulit bawang merah supaya bisa menjadi peluang pewarna
alami untuk koleksi busana siap pakai yang menggunakan teknik ecoprint dye
blanket. Teknik pewarna alami ecoprint yang di prakarsai oleh India Flint berupa
pencetakan kain dengan menaruh daun di atas kain sehingga memunculkan motif
berupa daun. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan pendekatan Design
Thinking (Hasso Platner-Stanford) yang terdiri dari Empathize-Define-Ideate-
Prototype-Test. Berdasarkan hasil penelitian dari variasi jenis mordan yang telah
dilakukan penulis, ditemukan bahwa mordan secara bertahap yaitu cuka sebagai
mordan awal, soda kue sebagai mordan lanjutan 1, jeruk nipis sebagai mordan
lanjutan 2, kapur sebagai mordan akhir 1 dan tawas sebagai mordan akhir 2. Dengan
melakukan proses tersebut bisa menghasilkan warna kuning kuat yang berasal dari
kulit bawang merah sebagai zat warna alam. Kesimpulan berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan, jenis mordan adalah hal yang paling mempengaruhi hasil
warna kainnya. Apabila hanya menggunakan satu jenis mordan seperti tawas,
warna nya muncul namun masih soft. Jika mordan melalui proses mordan awal,
mordan lanjutan, dan mordan akhir maka akan menghasilkan warna yang lebih kuat
dibanding hanya dengan satu jenis mordan.
Kata Kunci : Kulit Bawang merah, ecoprint, mordan