Pemanfaatan Limbah Sabut Kelapa dan Kunyit Sebagai Pewarna Alam Dengan Teknik Shibori Untuk Busana Ready To Wear Wanita

ABSTRAK

Indonesia is the largest producer of coconut fiber in the world, because Indonesia is an archipelago country. In fact, the Indonesian people are not optimal in processing coconut coir, coconut coir is considered as waste that is allowed to accumulate and eventually be burned. This has an impact on environmental pollution, the environment becomes dirty and causes air pollution. It is unfortunate that the lack of effort in utilizing coconut coir sees the potential to produce brown natural dyes which can be developed into new sustainable fashion innovations. This study uses an experimental method for the development of natural coconut coir dye formulations and the development of women's clothing designs through Hasso Platner's design thinking approach. This research aims to explore the natural coloring of coconut coir combined with the natural coloring of turmeric. The results of this study are that coconut coir can be extracted into a brown natural dye using the shibori technique as a background design technique so as to produce unique and aesthetic motifs with earthtone colors. The conclusion based on the research conducted, through the shibori technique, the natural coloring of coconut coir waste can be combined with the natural coloring of turmeric which is used as an alternative solution for utilizing coconut coir which is considered as waste so that it can produce ready-to-wear clothing collections for women aged 20-25 years with a casual art style and eclectic look.
Keywords: Shibori, Natural dyes, Eco-fashion, Coconut fiber

Indonesia merupakan negara penghasil sabut kelapa terbesar di dunia karena Indonesia negara kepulauan. Pada kenyataannya masyarakat Indonesia belum maksimal dalam mengolah sabut kelapa, sabut kelapa dianggap sebagai limbah yang dibiarkan menumpuk dan akhirnya dibakar. Hal ini berdampak pada pencemaran lingkungan, lingkungan menjadi kumuh dan menimbulkan polusi udara. Sangat disayangkan minimnya usaha dalam memanfaatkan sabut kelapa melihat adanya potensi menghasilkan zat pewarna alam berwarna coklat yang dapat dikembangkan menjadi inovasi baru sustainable fashion. Penilitian ini bertujuan mengeksplorasi pewarna alam sabut kelapa yang dipadukan dengan pewarna alam kunyit guna dijadikan alternatif solusi untuk mamanfaatkan sabut kelapa yang dianggap sebagai limbah oleh masyarakat. Studi ini menggunakan metode eksperimen terhadap pengembangan formulasi pewarna alam sabut kelapa dan pengembangan desain busana wanita melalui pendekatan design thingking Hasso Platner. Hasil dari penelitian ini yaitu sabut kelapa dapat diekstraksi menjadi pewarna alam berwarna coklat dengan menggunakan tenik shibori sebagai teknik reka latar sehingga menghasilkan motif yang unik. Kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan, melalui teknik shibori pewarna alam limbah sabut kelapa yang dipadukan dengan pewarana alam kunyit menghasilkan warna yang estetik dengan warna earthtone sehingga dapat menghasilkan koleksi busana siap pakai wanita usia 20-25 tahun dengan style art casual dan eclectic look.
Kata kunci: Shibori, Pewarna Alam, Eco-fashion, Sabut kelapa