PEMBUATAN ANIMASI 2D PENGENALAN TARIAN SINANGGAR TULLO PADA TK STRADA BUDI LUHUR

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sudah berkembang pesat di era milenial ini, bahkan dalam dunia akademik di berbagai jenjang pendidikan. Namun, metode pembelajaran yang monoton dan tidak ada media alternatif sebagai bahan ajar, juga kurangnya tenaga pengajar didik tentu dapat menghambat proses pembelajaaran, seperti yang dialami pada proses pembelajaaran tari di TK Strada Budi Luhur Bekasi. Oleh karena itu, dalam membantu media pembelajaran yang kreatif dan mengandung unsur audio-visual, penulis berencana untuk membuat sebuah animasi dua dimensi (2D) untuk memperkenalkan tarian khas daerah Batak, tarian Tor-Tor dan diiringi lagu Sinanggar Tullo. Setelah pembuatan karya dan penayangan Perdana kepada murid TK Strada Budi Luhur, tak lupa Penulis memberikan kuisioner untuk mengetahui pendapat, kelayakan, dan hasil dari animasi yang telah dibuat guna menjadi acuan bagi penulis untuk membuat animasi 2D yang lebih baik dan efektif. Adapun hasil yang didapatkan adalah animasi 2D Tarian Sinanggar Tullo layak digunakan sebagai media pembelajaran tari di TK Strada Budi Luhur Bekasi dengan presentasi kelayakan 95,5%. Penulis berharap, dengan dibuatnya animasi 2D ini, dapat menjadi media pembelajaran yang unik dan berguna, tidak hanya untuk meningkatkan semangat peserta didik dalam belajar, namun juga mengenalkan salah satu keberagaman seni budaya, khususnya kepada anak-anak sejak dini.

The development of information and communication technology has developed rapidly in this millennial era, even in the academic world at various levels of education. But, the monotonous learning methods and no alternative media as teaching materials, as well as a lack of teaching staff can certainly hinder the learning process, as was experienced in the dance learning process at TK Strada Budi Luhur Bekasi. Therefore, in assisting learning media that are creative and contain audio-visual elements, the author plans to create a two-dimensional (2D) animation to introduce the typical Batak dance, the Tor-Tor dance and accompanied by the Sinanggar Tullo song. After the work was made and premiered to Strada Budi Luhur Kindergarten students, the author did not forget to give a questionnaire to find out the opinions, feasibility, and results of the animation that had been made to serve as a reference for writers to make better and more effective 2D animations. The results obtained are that the 2D animation of the Sinanggar Tullo dance is suitable for use as a dance learning medium at TK Strada Budi Luhur Bekasi with a feasibility presentation of 95.5%. The author hopes that by making this 2D animation, it can become a unique and useful learning medium, not only to increase students' enthusiasm for learning, but also to introduce one of the diversity of arts and culture, especially to children from an early age.