Pemanfaatan Limbah Kain Batik Tepa Selira Menjadi Busana Wanita Dengan Teknik Quilting

The fast fashion industry answers the market's desire for clothing with various models and large quantities. The impact of fast fashion is the accumulation of industrial waste that cannot be controlled, especially in the batik textile industry, one of which is by utilizing leftover batik cloth. The case study that occurred in one of the Batik Tepa Selira brands, the waste of batik cloth left over from the production has not been handled in the right way. Waste management is carried out by burning the remnants of cloth that are no longer suitable for use. The goal to be achieved from this design is to produce clothes with abstract batik motifs and use handcrafting techniques so that they are suitable for consumers aged 25-35 years. This design uses qualitative methods taken from the Design Thinking model, where the existing sources are grouped into two, namely expert groups and consumer groups. The fashion design adapts the book Trend Forecasting Indo Co-Exist 2023 “The Survivors” which applies reuse, renewal and upcycle in creating creativity by being optimistic in the midst of limitations and deficiencies. The Survivors has one of the characteristics of Thrifty Chic which is the concept of using old items and then re-inventing/changing them into different forms. Therefore, the authors manage patchwork batik using quilting techniques.

Industri fast fashion menjawab keinginan pasar akan pakaian dengan berbagai model dan kuantitas yang banyak. Dampak fast fashion yaitu adanya penimbunan limbah industri yang tidak dapat terkendali khususnya pada industri tekstil batik salah satunya dengan memanfaatkan sisa kain batik. Studi kasus yang terjadi pada salah satu brand Batik Tepa Selira limbah kain batik sisa hasil produksi tersebut belum ditangani dengan cara yang tepat. Pengelolaan limbah dilakukan dengan cara membakar sisa-sisa kain yang sudah tidak layak pakai. Tujuan yang ingin dicapai dari perancangan ini adalah untuk menghasilkan busana dengan motif batik abstrak dan menggunakan teknik handcrafting sehingga cocok dipakai konsumen usia 25-35 tahun. Perancangan ini menggunakan metode kualitatif yang diambil dari model Design Thinking, dimana narasumber yang ada dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok ahli dan kelompok konsumen. Perancangan busana mengadaptasi dari buku Trend Forecasting Indo Co- Exist 2023 “The Survivors” yang menerapkan reuse, renewal, dan upcycle dalam melahirkan sebuah kreativitas dengan bersikap optimis di tengah keterbatasan dan kekurangan. The Survivors memiliki salah satu sifat Thrifty Chic yang berkonsep menggunakan barang-barang lama lalu direka ulang/ diubah menjadi bentuk yang berbeda oleh karena itu penulis mengelola kain perca batik menggunakan teknik quilting.