EKSISTENSI IBU SUMARSIH SEBAGAI ORANG TUA KORBAN SEMANGGI SATU DALAM FOTOGRAFI CERITA

The Semanggi Satu incident in 1998 was an event where community clashes occurred due to dissatisfaction with the state. There have not been many good visual publications regarding Mrs. Sumarsih's existence as a parent of Semanggi Satu victims in depth, including her personal life in story photography. And many people, especially Gen-z, do not yet know about the victims of serious human rights violations in the past. There is a lack of photo archives regarding the 1998 tragedy, especially photos of Wawan as a victim of Semanggi Satu. Until now, Mrs. Sumarsih's struggle has not received complete confirmation from the government regarding the Semanggi Satu tragedy. The purpose of this writing is to properly visualize photographic works regarding the existence of Mrs. Sumarsih as a parent of Semanggi Satu victims in depth who enters her personal life in story photography with a narrative approach. The theories used are photography, composition, journalism, story photography, existence, Semanggi Satu and the profile of Ibu Sumarsih. The methods used are observation, literature study and interviews. "The Existence of Mrs. Sumarsih as a Parent of a Semanggi Satu Victim in Story Photography" has brought to light the existence of Mrs. Sumarsih in depth, both in her actualization in the public space and in her private space as a victim's parent who continues to speak out seeking justice for her child in Semanggi Satu, namely Wawan. In the creation of works, both technical and compositional aspects are actualized, such as; framing, rule of thirds, leading lines, low angle, high angle, eye level.
Keywords: Ibu Sumarsih, Semanggi Satu, story photography, existence, justice, Gen-Z.
ABSTRAK
Kejadian semanggi satu pada tahun 1998 merupakan peristiwa dimana terjadinya bentrokan masyarakat akibat ketidakpuasan terhadap negara. Belum banyaknya publikasi visual secara baik mengenai eksistensi Ibu Sumarsih sebagai orang tua korban semanggi satu secara mendalam yang masuk kehidupan ruang pribadinya dalam fotografi cerita. Dan banyak masyarakat khususnya Gen-z belom mengetahui tentang korban pelanggaran HAM berat di masa lalu. Kurangnya arsip foto tentang tragedi 1998 terutama foto Wawan sebagai korban semanggi satu. Sampai saat ini perjuangan Ibu Sumarsih belum mendapatkan kepastian yang tuntas dari pemerintah pada tragedi semanggi satu. Tujuan dari penulisan ini yaitu untuk memvisualisasikan karya fotografi secara baik mengenai eksistensi Ibu Sumarsih sebagai orang tua korban semanggi satu secara mendalam yang masuk kehidupan ruang pribadinya dalam fotografi cerita dengan pendekatan naratif. Teori yang digunakan yaitu fotografi, komposisi, jurnalistik, fotografi ceruta, eksistensi, semanggi satu dan profil ibu sumarsih. Metode yang digunakan yaitu observasi, studi pustaka dan wawancara. “Eksistensi Ibu Sumarsih Sebagai Oang Tua Korban Semanggi Satu Dalam Fotografi Cerita” telah mengangkat secara medalam eksistensi ibu Sumarsih secara mendalam baik beliau aktualisasi diruang publik dan diruang pribadinya sebagai orang tua korban yang terus bersuara mencari keadilan anaknya pada semanggi satu yaitu wawan. Pada penciptaan karya pun mengaktualisasikan baik secara Teknik dan komposisi seperti; freming, rule of third, leading lines, low angle, high angle, eye level.
Kata Kunci: Ibu Sumarsih, Semanggi Satu, fotografi cerita, eksistensi, keadilan, Gen-Z.