ANALISIS PARAMETER TENSION PADA MESIN DRY LAMINASI TERHADAP KUALITAS LAMINASI PADA KEMASAN SNACK

A B S T R A K
Dalam industri kemasan fleksibel, kualitas hasil laminasi sangat berpengaruh terhadap daya tarik
dan fungsi proteksi produk. Salah satu permasalahan umum yang terjadi dalam proses dry laminasi
adalah cacat kerut laminasi, yang dapat menurunkan standar mutu kemasan. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh variasi parameter tension pada mesin dry laminasi—yakni tension
pada Unwinder 1, Unwinder 2, dan Laminator—terhadap kualitas cetakan kemasan snack. Penelitian
dilakukan secara kuantitatif dengan pendekatan eksperimen di PT XXX, menggunakan 64 sampel
variasi tension dan pengujian kualitas melalui uji laboratorium (sealing strength, bonding strength,
dan dry glue) serta inspeksi visual. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan hubungan yang lemah
hingga sangat lemah antara parameter tension dengan hasil uji laboratorium. Uji Kruskal-Wallis
sebagai metode non-parametrik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan terhadap
kualitas laminasi berdasarkan variasi tension. Namun, uji korelasi Spearman terhadap cacat visual
menunjukkan bahwa tension pada Laminator memiliki korelasi yang kuat terhadap kerut laminasi
dan gambar ciut. Dengan demikian, kontrol parameter tension, terutama pada Laminator, menjadi
kunci dalam pengurangan cacat visual pada proses dry laminasi.

A B S T R A C T
In the flexible packaging industry, the quality of lamination results significantly affects both the appeal
and protective function of the product. One common issue in the dry lamination process is lamination
wrinkle defects, which can reduce the packaging quality standards. This study aims to analyze the
effect of variations in tension parameters in the dry lamination machine—specifically the tension in
Unwinder 1, Unwinder 2, and the Laminator—on the print quality of snack packaging. The research
was conducted using a quantitative experimental approach at PT XXX, involving 64 samples with
varied tension settings and quality testing through laboratory tests (sealing strength, bonding
strength, and dry glue) as well as visual inspections. The Pearson correlation test results indicated
a weak to very weak relationship between tension parameters and laboratory test outcomes. The
Kruskal-Wallis non-parametric test showed no significant differences in lamination quality based on
tension variation. However, the Spearman correlation test for visual defects revealed a strong
correlation between Laminator tension and the occurrence of lamination wrinkles and shrinkage
patterns. Therefore, controlling the tension parameters—especially at the Laminator—is essential in
reducing visual defects during the dry lamination process