PENGEMBANGAN ASET GAME “DUNGEON SEBLAK” BERTEMA BUDAYA LOKAL DAN FANTASI BARAT DENGAN STYLE PIXEL ART

This study aims to develop game assets for Dungeon Seblak by combining
Indonesian local culture with Western fantasy elements through the use of pixel
art as its visual style. As a game artist, the author designed assets such as
characters, food items, CG illustrations, and user interfaces using the Double
diamondmethod, which consists of the stages: Discover, Define, Develop, and
Deliver. The project introduces characters inspired by Indonesian folklore—such
as Timun Mas, Buto Ijo, and Nyi Roro Kidul—reimagined within fantasy roles
and races such as elves, Orcs, and paladins. Moreover, seblak, a traditional
Sundanese dish, was featured as a central narrative and visual element with a
creative and imaginative twist. Evaluation was conducted through questionnaires
involving 18 respondents from the game art industry, showing over 80% success
rates across all evaluated aspects, including pixel art usage, character design,
culinary visualization, and the harmonization of both cultural aesthetics. These
results indicate that the developed visual assets successfully bridge local cultural
values with global visual standards. This research contributes to the field of game
art and highlights new opportunities for developing culturally rich games that are
competitive in the international market.

Keywords: Double Diamond, Game Art, Local Culture, Western Fantasy.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan aset visual game Dungeon
Seblak dengan menggabungkan budaya lokal Indonesia dan elemen fantasi barat
melalui gaya visual pixel art. Sebagai seorang game artist, penulis merancang aset
seperti karakter, kuliner, ilustrasi CG, dan user interface menggunakan pendekatan
metode Double diamondyang terdiri dari tahap Discover, Define, Develop, dan
Deliver. Proyek ini menghadirkan karakter yang diadaptasi dari tokoh cerita
rakyat Indonesia—seperti Timun Mas, Buto Ijo, dan Nyi Roro Kidul—dalam
bentuk ras dan kelas khas dunia fantasi seperti Elf, Orc,dan half-beast. Selain itu,
seblak sebagai kuliner lokal dijadikan elemen sentral dalam narasi game dengan
pendekatan visual yang unik dan imajinatif. Evaluasi dilakukan melalui kuesioner
terhadap 18 responden dari kalangan game artist, dengan hasil menunjukkan
tingkat keberhasilan di atas 80% untuk seluruh aspek, termasuk penggunaan pixel
art, desain karakter, visual kuliner, dan harmonisasi dua estetika. Hasil ini
menunjukkan bahwa aset visual yang dikembangkan berhasil menjembatani nilai
budaya lokal dan estetika global secara efektif. Penelitian ini memberikan
kontribusi pada bidang game art serta membuka peluang baru dalam
pengembangan game berbasis budaya lokal yang kompetitif di pasar internasional.

Kata kunci: Budaya Lokal, Double Diamond, Fantasi Barat, Game Art, Pixel
Art.