PERAN PROGRAM DIRECTOR DALAM MEWUJUDKAN PENDEKATAN EKSPOSITORI DI PROGRAM DOKUMENTER TELEVISI “DI BALIK KANDANG: GEMBALA MUDA UNTUK TANAH AIR”

Dalam pembuatan dokumenter ekspositori ada beberapa hal yang harus
diperhatikan agar sesuai dengan definisi dokumenter ekspositori. seperti salah satunya
menggunakan sudut pandang orang ketiga atau Voice Of Gof (VOG) sebagai narrator
dalam dokumenter. Tujuan penulis yaitu menjelaskan bagaimana peran seorang program
director dalam mewujudkan pendekatan ekspositori di dokumenter tv "Di Balik
Kandang". Penulis menjelaskan peran kerja sebagai program director mulai dari pra
produksi, produksi, sampai pasca produksi, yang nantinya di simpulkan bahwa program
director dalam menerapkan pendekatan ekspositori harus ada Voice Of God atau narrator
dan biasanya terdapat wawancara pada beberapa ahli, serta audio dan visual yang
disajikan seirama. Penulis mengangkat tema peternakan karena peternakan yang ada di
Indonesia saat ini masih tertinggal dari segi teknologi dan sumber daya manusia nya,
Seharusnya Indonesia bisa maju dari sektor peternakan karena sebagai negara agraris dan
memanfaatkan sumber daya manusia dengan memanfaatkan teknologi yang sedang
berkembang pesat saat ini, dan para anak muda di Indonesia dapat melihat peluang yang
ada di sektor peternakan di Indonesia.

When making an expository documentary, there are several things that must be
considered so that it meets the definition of an expository documentary. such as one of
them using a third person point of view or Voice of Gof (VOG) as the narrator in the
documentary. The author's aim is to explain the role of a program director in realizing
an expository approach in the TV documentary "Di Balik Kandang". The author explains
the work role as a program director starting from pre-production, production, to postproduction, which will later be concluded that in implementing an expository approach
the program director must have a Voice of God or narrator and usually there are
interviews with several experts, as well as audio and visuals presented in tune. The author
raises the theme of livestock because livestock in Indonesia is currently still lagging
behind in terms of technology and human resources. Indonesia should be able to progress
from the livestock sector because it is an agricultural country and utilizes human
resources by utilizing technology that is currently developing rapidly, and Young people
in Indonesia can see the opportunities that exist in the livestock sector in Indonesia.